Prak-3: Sinyal Kontinyu di MATLAB - TeachMeSoft

Prak-3: Sinyal Kontinyu di MATLAB



Kompetensi dasar dan indikator


1 Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu:
  • Memahami konsep dasar dari array, vektor, dan matriks.
  • Mampu mengoprasikan penjumlahan , pengurangan, dan perkalian array, vektor, dan matriks menggunakan Matlab.

2 Indikator


1. Memahami  konsep dasar dari array, vektor, dan matriks.
  • Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antara array, vektor dan matriks.
2. Mampu mengoprasikan penjumlahan, pengurangan, dan perkalian array menggunakan Matlab
  • Mahasiswa berhasil mengoperasikan penjumlahan, pengurangan dan perkalian array, vektor dan matriks menggunakan Matlab.


Dasar Teori


Suatu sinyal x(t) dikatakan sebagai sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog ketika dia memiliki nilai riil pada keseluruhan rentang waktu t yang ditempatinya.

x(t) disebut sinyal waktu kontinyu jika t merupakan variabel kontinyu . Persamaan matematis sinyal kontinyu adalah sebagai berikut :


Dimana f (t) adalah variabel tidak bebas yang nyatakan fungsi sinyal waktu kontinyu sebagai fungsi waktu. Sedangkan t merupakan variabel bebas yang bemilai antara - sampai .

Sinyal waktu kontinyu memiliki bentuk-bentuk dasar yang tersusun dari fungsi dasar sinyal, yaitu :

1) Fungsi Step
Dua contoh sederhana pada sinyal kontinyu yang memiliki fungsi step dapat dilihat seperti pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Sebuah fungsi step memiliki bentuk matematis sebagai berikut :


Dimana t merupakan variabel bebas bemilai dari - sampai +, dan u(t) merupakan variabel tak bebas yang memiliki nilai 1 untuk t >0, dan bemilai 0 untuk t < 0.

Pada contoh tersebut fungsi step memiliki nilai khusus, yaitu 1 sehingga bisa disebut sebagai unit step. Pada kondisi real, nilai output u(t) untuk t > 0 tidak selalu sama dengan 1, sehingga bukan merupakan unit step.



2) Fungsi Ramp
Fungsi ramp (tanjak) untuk sinyal waktu kontinyu didefinisikan sebagai berikut :


Dimana nilai t bisa bervariasi dan menentukan kemiringan·atau slope pada r(t). Untuk contoh diatas  nilai r adalah 1, sehingga pada kasus ini r(t) merupakan "unit slope", yang mana merupakan alasan bagi r(t) untuk dapat disebut sebagai unit-ramp function.

3) Sinyal Periodik
Sinyal Periodik memiliki persamaan seperti berikut :


Dimana A adalah amplitudo, ω adalah frekuensi dalam radian per detik (rad/detik), dan 8 adalah fase dalam radian. Frekuensi f dalam hertz (Hz) atau siklus per detik adalah sebesar fω/ 2.

Gambar 3.3 Sinyal Periodik Sinusoidal


4) Sinyal Eksponensial
Sebuah sinyal waktu kontinyu yang tersusun dari sebuah fungsi eksponensial dan tersusun dari frekuensi komplek  s = + jθ dinyatakan sebagai berikut:



Sehingga sinyal waktu kontinyu dengan fungsi eksponensial bisa dibedakan dengan memlilah komponen real dan komponen iamjinemya seperti berikut:
  • komponen riil 
  • komponen imajiner 

Tergantung dari kemunculan komponen real atau imajiner, dalam hal ini ada dua kondisi khusus yang banyak dijumpai pada sinyal eksponensial, yaitu:
a) Kasus 1 : Komponen imajiner adalah nol (ω0 = 0)

Dimana x(t) merepresentasikan sebuah nilai riil pada fungsi eksponensial. memberi ilustrasi nilai real pada fungsi  eksponensial pada suatu nilai σ. Ketika nilai σ negatif ( σ < 0), maka fungsi eksponensial menujukkan adanya peluruhan nilai (decays) sesum dengan kenaikan waktu t.

Gambar 3.4 Fungsi Eksponensial dengan Komponen Frekuensi Imajiner Nol

b) Kasus 2 : Komponen riil adalah nol (σ  = 0)
Ketika komponen real σ pada frekuensi komplek s adalah nol, fungsi eksponensial bisa dinyatakan sebagai :



Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa bagian riil dan imajiner dari eksponensial komplek adalah sinyal sinusoida mumi. Contoh sinyal eksponensial komplek dengan komponen frekuensi real nol bisa dilihat seperti pada berikut ini.

Gambar 3.5 Nilai Real Sinyal Eksponensial Komplek
Gambar 3.6 Nilai Imajiner Sinyal Eksponensial Komplek

5) Sinyal Impuls
Sinyal impuls, dalam hal ini adalah fungsi unit impulse δ(t), yang juga dikenal sebagai fungsi dirac delta atau secara lebih sederhana dinyatakan sebagai fusngi delta function, di dalam terminologi bisa didefinisikan 2 sifat
berikut.
  • Amplitudo δ(t)  = ,0 t   0
  • Area sinyal tertutup :

Penggambaran secara langsung sebuah sinyal impulse pada sinyal waktu kontinyu sebetulnya relatif sulit, yang paling umum digunakan adalah sebuah penyederhanaan.

Dengan membentuk garis vertikal dengan panah menghadap ke atas seperti pada di bawah ini, diharapkan cukup untuk merepresentasikan sebuah sinyal yang memiliki durasi sangat sempit dan hanya muncul sesaat dengan nilai magnitudo sama dengan l .

Gambar 3.7 Contoh Sinyal Impuls


Operasional Sinyal Yang Berguna
Operasi sinyal untuk pemindahan, dan penskalaan, seperti yang didiskusikan untuk sinyal waktu-kontinu juga berlaku untuk sinyal waktu­ diskrit dengan beberapa modifikasi.

Shifting
Pertimbangkan sinyal x [n] (Gambar 3.7a) dan sinyal yang sama tertund a (dialihkan-kanan) sebanyak 5 unit (Gambar 3.8b), kita tunjukkan dengan xs [n]. Menggunakan argumen yang digunakan untuk operasi serupa dalam sinyal waktu-kontinyu, sehingga kita dapatkan persamaan :



Gambar 3.7 Shifting


Oleh karena itu, untuk menggeser urutan dengan satuan M (M integer), kita mengganti n dengan n - M. Jadi x [n - M] mewakili x [n] bergeser oleh unit M. Jika M positif, pergeserannya ke kanan (delay).

Jika M negatif, pergeserannya ke kiri (uang muka). Dengan demikian, x [n - 5] adalah x [n] ditunda (dialihkan ke kanan) sebanyak 5 unit, dan x [n + 5] adalah x [n] maju (bergeser ke kiri) sebanyak 5 unit.

Time Reversal
Untuk membalikkan waktu x [n] pada Gambar 3.7a, kita memutar x [n] tentang sumbu vertikal untuk mendapatkan waktu membalikkan sinyal xr [n] ditunjukkan pada Gambar. 3.7c. Menggunakan argumen yang digunakan untuk operasi serupa dalam sinyal waktu-kontinu, sehingga :

Oleh karena itu, untuk melibatkan waktu sinyal, kita mengganti n dengan -n sehingga x[-n] adalah waktu dibalik x[n]. Misalnya, jika x[n]=(0.9)-n untuk 3 ≤ -n ≤ 10; yaitu, -3 ≤ n ≤ -10, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7c.

Asal n=0 adalah titik anchor, yang tetap tidak berubah dibawah operasi pembalikan waktu karena pada n= 0,x[n]= x[-n] = x[0]. Perhatikan bahwa sementara pembalikan x[n] tentang sumbuh vertikal adalah x[-n], pembalikan x[n] tentang sumbuh horizontal adalah -x[n].


Langkah Praktikum


1. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida.

Disini kita mencoba membangkitkan sinyal sinusoida dengan membuat program seperti berikut:

Script:
 fs =100;
 t =(1:100)/fs;
 s1 = sin(2*pi*t*5);
 plot(t,s1)                           %Menampilkan bentuk sinyal
 xlabel('t')                           %Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')                     %Label y dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   %Memberi judul pada grafik

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik


Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus yang terdiri dari data berikut:
  • amplitudo Amp = 1, 
  • frekuensi f = 5Hz dan 
  • fase awal θ = 0
Diharapkan anda sudah memahami tiga parameter dasar pada sinyal sinus ini. Untuk lebih memahami coba lanjutkan dengan langkah berikut :


a. Lakukan perubahan pada nilai s1:


 s1 = sin(2*pi*t*10);         %perubahan 5 ke 10

Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan 15, dan 20Perhatikan apa yang terjadi, plot hasil percobaan anda.

Script full:
 fs =100;                      
 t =(1:100)/fs;
 s1 = sin(2*pi*t*10);         %perubahan 5 ke 10
 plot(t,s1)                      
 xlabel('t')                      
 ylabel('sin t')                  
 title ('fungsi sinusoidal')


Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik




Plot perubahan ke 15

 s1 = sin(2*pi*t*15);         %Perubahan 10 ke 15

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik



Plot perubahan ke 20

 s1 = sin(2*pi*t*20);         %Perubahan 15 ke 20

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik



b. Menambahkan Nilai Amplitudo

Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada langkah l,

 fs =100;                        
 t =(1:100)/fs;
 s1 = sin(2*pi*t*5);        
 plot(t,s1)                            % Menampilkan bentuk sinyal
 xlabel('t')                           % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')                     % Label y dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   % Memberi judul pada grafik

kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga bentuk perintah pada s1 menjadi:

 s1 = 5 * sin( 2 * pi * t * 5);

Tampilan Script di Matlab:


Coba perhatikan apa yang terjadi?

Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 5


Lanjutkan dengan merubah nilai amplitudo menjadi 10, 15 dan 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada bentuk sinyal sinus?

Perubahan amplitudo ke 10

 s1 = 10 * sin( 2 * pi * t * 5);        % Perubahan amplitudo dari 5 ke 10

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 10



Perubahan amplitudo ke 105


 s1 = 15 * sin( 2 * pi * t * 5);            % Perubahan amplitudo dari 10 ke 15

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 15



Perubahan amplitudo ke 20


 s1 = 20 * sin( 2 * pi * t * S);        % Perubahan amplitudo dari 15 ke 20

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20



Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama.

 fs =100;                        
 t =(1:100)/fs;
 s1= sin(2*pi*t*5);        
 plot(t,s1)                            % Menampilkan bentuk sinyal
 xlabel('t')                           % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')                     % Label y dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   % Memberi judul pada grafik


Sekarang coba anda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:

 s1 = 2 * sin( 2 * pi * t * 5 + pi / 2);

pi/2 adalah pergeseran

Tampilan Script di Matlab:


Coba anda perhatikan, apa yang terjadi?




Apa yang baru saja anda lakukan adalah merubah nilai fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai θ = π/ 2= 90.

Sekarang lanjutkan langkah anda dengan merubah nilai fase awal menjadi 45, 120, 180, dan 225. Amati bentuk sinyal sinus terbangkit, dan catat hasilnya. Plot semua gambar dalam satu figure dengan perintah subplot.

 %fase awal 45 derajat
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/4);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,1)
 plot(t,s1)
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat pi/4')

 %fase awal 120 derajat
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s2=2*sin(2*pi*t*5 + 2*pi/3); % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,2)
 plot(t,s2,'y')
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat 2*pi/3')

 %fase awal 180 derajat
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s3=2*sin(2*pi*t*5 + 2*pi/2);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,3)
 plot(t,s3,'g')
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat saat 2*pi/2')

 %fase awal 225 derajat
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s4=2*sin(2*pi*t*5 + 5*pi/4);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,4)
 plot(t,s4,'r')
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat 5*pi/4')

Tampilan Script di Matlab:



Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20



Perubahan fase awal ke 45

 s1 = 2 * sin( 2 * pi * t * 5 + pi / 4);    % Nilai fase awal 45

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20



Perubahan fase awal ke 120

 s1 = 2 * sin( 2 * pi * t * 5 + 2* pi / 3);   % Nilai fase awal 45 ke 120

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20


Perubahan fase awal ke 180

 s1 = 2 * sin( 2 * pi * t * 5 + 2* pi / 2);   % Nilai fase awal 120 ke 180

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20


Perubahan fase awal ke 225

 s1 = 2 * sin( 2 * pi * t * 5 + pi / 270);   % Nilai fase awal 180 ke 225

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik Menunjukan amplitudo bernilai 20



c. Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Persegi

Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi dan amplitudo yang sama dengan sinyal sinus. Untuk melakukannya ikuti langkah berikut ini :
Buat sebuah m file baru kemudian buat program seperti berikut ini.

 fs =100;                        
 t =(1:100)/fs;
 s1= square(2*pi*t*5);        
 plot(t,s1,'linewidth',2)                 % linewidth ketebalan garis
 axis([0 1 -1.2 1.2])

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 


Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah menjadi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan? Plot semua gambar dalam satu figure dengan perintah subplot.

 % Frekuensi 10 Hz
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s1=square(2*pi*10*t);
 subplot(3,1,1)
 plot(t,s1,'linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat A=1 dan f=10Hz')

 % Frekuensi 15 Hz
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s2=square(2*pi*15*t);
 subplot(3,1,2)
 plot(t,s2,'r','linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat A=1 dan f=15Hz')

 % Frekuensi 20 Hz
 Fs=100;
 t=(1:100)/Fs;
 s3=square(2*pi*20*t);
 subplot(3,1,3)
 plot(t,s3,'g','linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('time')
 ylabel('amplitudo')
 title('saat A=1 dan f=20Hz')

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 


Perubahan fase awal




 %fase awal 45 derajat
 Fs=100; 
 t=(1:100)/Fs; 
 s1=square(2*pi*t*5 + pi/4);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,1) 
 plot(t,s1,'linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('time') 
 ylabel('amplitudo') 
 title('saat pi/4') 


 %fase awal 120 derajat
 Fs=100; 
 t=(1:100)/Fs; 
 s2=square(2*pi*t*5 + 2*pi/3); % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,2) 
 plot(t,s2,'r','linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2]) 
 xlabel('time') 
 ylabel('amplitudo')
 title('saat 2*pi/3') 

 %fase awal 180 derajat
 Fs=100; 
 t=(1:100)/Fs; 
 s3=square(2*pi*t*5 + 2*pi/2);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,3) 
 plot(t,s3,'g','linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('time') 
 ylabel('amplitudo') 
 title('saat saat 2*pi/2') 

%fase awal 225 derajat
 Fs=100; 
 t=(1:100)/Fs; 
 s4=square(2*pi*t*5 + 5*pi/4);  % Nilai fase awal 45
 subplot(4,1,4) 
 plot(t,s4,'y','linewidth',2)
 axis([0 1 -1.2 1.2]) 
 xlabel('time') 
 ylabel('amplitudo') 
 title('saat 5*pi/4')

Tampilan Script di Matlab:



Tampilan Grafik 


Perubahan Frekuensi sample ke 10 

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 


Perubahan Frekuensi ke 15 Hz

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 


Perubahan Frekuensi ke 20 Hz

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 


Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama, Sekarang coba anda rubah nilai fase awal menjadi menjadi 450, 1200, 1800, dan 2250. Amati dan catat apa yang terjadi dengan sinyal persegi hasil pembangkitan. Plot semua gambar dalam satu figure dengan perintah subplot.


d. Pembangkitan Sinyal Dengan memanfaatkan file *.wav

Kita mulai bermain dengan file *.wav. Dalam hal ini kita lakukan pemanggilan sinyal audio yang ada dalam hardisk kita. Langkah yang kita lakukan adalah seperti berikut :
a. Anda buat m file baru, kemudian buat program seperti berikut :

 y1=wavread('Heartbeat.wav');        %  Heartbeat.wav adalah nama audio yang ada di hardisk
 Fs=10000;
 wavplay(y1,Fs,'async')                    % Memainkan Audio sinyal Asli


Tampilan Script di Matlab:


b. Cobalah untuk menampilkan file audio yang telah anda panggil dalam bentuk grafik sebagai fungsi waktu. Perhatikan bentuk tampilan yang anda lihat.

 y1=wavread('Heartbeat.wav');        %  Heartbeat.wav adalah nama audio yang ada di hardisk
 Fs=10000;
 wavplay(y1,Fs,'async')                    % Memainkan Audio sinyal Asli
 plot(y1)                                            % Menampilkan plot
 xlabel('t')                         
 ylabel('Time')                 
 title ('Audio Signal') 

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 



e. Pembangkitan Sinyal Kontinyu Fungsi Ramp

Sebagai langkah awal kita mulai dengan membangkitkan sebuah fungsi ramp. Sesuai dengan namanya, fungsi ramp berarti adalah tanjakan seperti yang telah ditulis pada persamaan (3). Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut :

 %Pembangkit Fungsi Ramp
 y(1:40)=1;                              %Pembangkit Fungsi Ramp
 x(1:50)=[1:0.1:5.9];                %Pembangkit Fungsi Ramp
 x(51:100)=5.9;                           %Pembangkit Fungsi Ramp
 t1=[-39:1:0];                          %Pembangkit Fungsi Ramp
 t=[0:1:99];                             %Pembangkit Fungsi Ramp
 plot(t1,y,'b',t,x,'linewidt',4)    %Pembangkit Fungsi Ramp
 title('Fungsi Ramp')              %Pembangkit Fungsi Ramp
 xlabel('Waktu (s)')             %Pembangkit Fungsi Ramp
ylabel ('Amplitudo')    %Pembangkit Fungsi Ramp

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 




Latihan


  1. Buatlah program untuk menggambarkan "fungsi unit step" dalam  m-file (beri nama tugas_ 1.m).
  2. Anda buat pembangkitan sinyal eksponensial dengan suatu kondisi frekuensi realnya adalah nol, dan satu progam lain dimana frekuensi imajinemya nol.
  3. Buat pembangkitan sinyal impuls dengan suatu kondisi sinyal terbangkit bukan pada waktu t = 0. Dalam hal ini anda bisa membangkitkan pada waktu t = 1 atau 2, atau yang lainnya.


Jawab


1. Judul program dengan nama tugas_1.m


2. Sinyal sinusoidal dan fungsi eksponensial

 subplot(2,1,1);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 s1 = 2*sin(2*pi*t*10);
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                               %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')                          %Label dengan nama sin t
 title('fungsi sinusoidal')         %Judul grafik

 %eksponensial fungsi
 subplot(2,1,2);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 a=2;
 s1=exp(a*t);
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                               %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')                         %Label dengan nama sin t
 title ('fungsi Eksponensial'%Judul grafik

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 




3. Fungsi eksponensial (freuensi imajiner=0) dan fungsi eksponensial (frekuensi real=0)

 subplot(2,1,1);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 w=2;
 s1 = exp(j*w*t);        % Label dengan nama t, j adalah imajiner
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                   % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')             % Label y dengan nama sin t
 title('fungsi eksponensia, frekuensi imajiner = no') % Judul grafik

 subplot(2,1,2);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 a=2;
 s1 = exp(a*t);            % Label dengan nama t, j adalah imajiner
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                   % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')             % Label y dengan nama sin t
 title('fungsi eksponensia, frekuensi real=0'% Judul grafik

Tampilan Script di Matlab:


Tampilan Grafik 



Lampiran

Catatan


 persamaan f (t) = A*sin(2*pi*f*t);

frekuensi sampling : banyak sampel frekuensi yang diambil.

 ket:
  • f(t) : fungsi dalam t (waktu)
  • A : amplitudo (tinggi gelombang)
  • pi : sudut (dalam radian), pi=180 derajat
  • f : frekuensi
a. ubah-ubah nilai t
b. ubah-ubah nilai A




Membuat fungsi dalam matlab (FUNCTION)

fungsi Function untuk menyimpat bentuk fungsi


 fuction [output] =nama-function(input)
a = (x*y)+100

variabel output a
variabel x dan y adalah input

diubah ke function jadi,

function[a] = Elektro(x,y)
 a = (a*y)+100
end

menyimpan harus sesuai dengan nama fuction contoh Elektro
dan di current folder harus muncul function Elektro

jika ingin array maka
function[a, b] = Elektro(x,y)
 a = (a*y)+100
 b= (a*y)+10000
end











Latihan di kampus:


Normal

 fs =100;                          
 t =(1:100)/fs;
 s1 = sin(2*pi*t*5);
 plot(t,s1)                          %Judul
 xlabel('t')                          %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')                     %Label dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   %Judul





Perubahan fs

 fs =10;                           %jika 100 diubah ke 10
 t =(1:100)/fs;
 s1 = sin(2*pi*t*5);          %jika 100 diubah ke 10
 plot(t,s1)                          %Judul
 xlabel('t')                          %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')                     %Label dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   %Judul






Perubahan s

 fs =100;                            %jika 100 diubah ke 10
 t =(1:100)/fs;
 s1 = 10* sin(2*pi*t*5);   %jika 10 tingi amplitudo
 plot(t,s1)                          %Judul
 xlabel('t')                          %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')                     %Label dengan nama sin t
 title ('fungsi sinusoidal')   %Judul






Membuat sublock dan stem

 subplot(2,1,1);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 s1 = 2*sin(2*pi*t*10);
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                                        % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')                                  % Label y dengan nama sin t
 title('fungsi sinusoidal')                 % Judul grafik

 subplot(2,1,2);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 sl=suare(2*pi*5*t)
 s1 = 2*sin(2*pi*t*5*t);
 stem(t,s1,'linewidth',2)                 %linewidth ketebalan garis
 axis([0 1 -1.2 1.2])
 xlabel('t')                                       % Label x dengan nama t
 ylabel('sin t')                                 % Label y dengan nama sin t
 title ('fungsi sinyal persegi persegi'% Judul grafik






L1
sinyal sinusoidal dan fungsi eksponensial

 subplot(2,1,1);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 s1 = 2*sin(2*pi*t*10);
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                 %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')             %Label dengan nama sin t
 title('fungsi sinusoidal') %Judul

 %eksponensial fungsi
 subplot(2,1,2);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 a=2;
 s1=exp(a*t);
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                 %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')             %Label dengan nama sin t
 title ('fungsi Eksponensial') %Judul




L2
Fungsi eksponensial (freuensi imajiner=0) dan fungsi eksponensial (frekuensi real=0)

 subplot(2,1,1);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 w=2;
 s1 = exp(j*w*t);       %Label dengan nama t, j adalah imajiner
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                   %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')             %Label dengan nama sin t
 title('fungsi eksponensia, frekuensi imajiner = 0') %Judul

 subplot(2,1,2);
 fs=100;
 t=(1:100)/fs;
 a=2;
 s1 = exp(a*t);       %Label dengan nama t, j adalah imajiner
 plot(t,s1)
 xlabel('t')                 %Label dengan nama t
 ylabel('sin t')             %Label dengan nama sin t
 title('fungsi eksponensia, frekuensi real=0') %Judul=





Integral
------------------
 tak hingga di Matlab adalah inf



 fun = @(x)x;
q=integral(fun,0,2)





 fun = @(x)x;
q=integral(fun,0,2)



ΠσϑѲθδ








Disqus comments